Kamis, 14 April 2011

Akut, Tingkat Kecanduan Games Anak

SURABAYA – Perkembangan teknologi games yang semakin berkembang saat ini sudah merambah ke dunia anak-anak. Kesibukan orangtua, minimnya si anak berinteraksi secara langsung dengan teman di luar sekolah, dan mudahnya mengakses beragam permainan tersebut bisa dikatakan sebagai penyebab mereka lebih asyik dengan perangkat tersebut. Tak sekadar dipakai untuk mengisi waktu luang, games telah menjadi candu bagi beberapa anak.

Dipaparkan artis yang belakangan aktif menjadi pembicara seminar, Astri Ivo, saat ini tingkat kecanduan anak-anak terhadap games menunjukkan gejala akut. “Banyak anak-anak yang keranjingan
games hingga malas sekolah,” paparnya dalam seminar pendidikan Cara Cerdas Atasi Kecanduan Games pada Anak
kemarin (10/4).

Menurut Astrie, kemudahan mengakses teknologi informasi memang membuat anak-anak mendapatkan pengetahuan lebih cepat. Namun, ada juga sisi negatifnya. Salah satunya, kemudahan mengakses konten yang memuat pornografi.

Dalam seminar yang dihelat Lembaga Kemanusiaan Nasional PKPU tersebut, perempuan berjilbab itu menuturkan bahwa games dibagi menjadi dua. Yaitu, games yang mengakibatkan dampak negatif dan postif. Pengaruh negative muncul bila games diakses berlebihan dan membuat anak berkelakuan di luar batas umurnya. Games dengan dampak positif memiliki muatan edukatif, menjadi hiburan, dan mengandung hal positif lain.

Lantas, bagaimana cara mengurangi kecanduan games pada anak? Dia menerangkan, anak-anak harus didampingi dalam setiap kegiatan. “Pokoknya, setiap hari harus ada komunikasi dengan anak-anak,” ujar Astrie.

“Sesibuk apa pun, orangtua harus menyisihkan waktu untuk bercengkrama dengan anak-anaknya,” lanjut Astrie dalam acara yang berlangsung di Hotel Oval Surabaya tersebut.

Pembicara lainnya, Bagoes Sanyoto, psikolog anak, menuturkan, tingkat kecanduan games pada anak di Surabaya cukup memprihatinkan. Anak laki-laki berada dalam tingkat kecanduan berat, sedangkan anak perempuan masih tahap ringan. “Bisa dipastikan semua anak tingkat SD mulai mengakses games online,” tuturnya. Namun, jenis dan kuantitas games yang diakses tidak sama.

Bagoes menyarankan, jika anak kecanduan games, orang tua tidak boleh langsung memarahi mereka. “Orang tua harus kreatif dengan mencarikan kegiatan lain untuk menggantikan games,” paparnya. Misalnya, menciptakan kegiatan bersama, kerja bakti bersama anak, dan lain-lain.

Bagi orang tua yang cukup sibuk, anak bisa diarahkan dengan program pillow talk. “Jadi, kalau biasanya anak-anak didongengin, sekarang anak-anak mesti diajari mendongeng kegiatan yang mereka lakukan dalam sehari, tuturnya. Selain itu, sekolah punya tanggung jawab untuk mengurangi kecanduan games pada siswa. “Sekolah seharusnya memantau kegiatan anak didiknya,” tuturnya. (upi/c8/tia)

0 komentar:

Posting Komentar