Jauh
sebelum saya beranjak dewasa, jauh sebelum saya kenal dengan ustadz yusuf
mansyur dan matematika sedekahnya, saya sudah lebih dulu akrab dengan kaleng
rombeng ibu saya. Sebuah kaleng biskuit zaman dulu banget, yang disembunyikan
ibu di antara bumbu dapur yang baunya menusuk hidung. Saya sering melihat ibu
memasukkan sesuatu ke dalamnya kemudian menutupnya dan menyembunyikannya
kembali. Saya penasaran, apa sih isinya?
Diam-diam saat jam tidur siang, saya masih
kelas 3 SD saat itu. Saya berjingkat ke dapur dan mencari kaleng rombeng ibu
saya. Saya melongok rak bumbu dapur memasukkan jari-jari mungil saya mencari
kaleng bulet yang gambarnya saja sudah kusam. Ketemu. Susah
payah saya buka, ternyata isinya uang recehan Rp.50,- banyak sekali. Hampir
penuh. Pantas berat sekali. Saya heran buat apa ibu mengumpulkan uang seperti
ini?
Sampai
akhirnya pertengahan lebaran tahun itu, ibu menghadiahi saya baju baru. Saya
diam-diam mengintip kaleng itu lagi. Ternyata sudah kosong. Subhanallah..
sedikit demi sedikit ibu mengumpulkan receh di kaleng rombengnya untuk
membelikan baju lebaran buat saya. Tentunya bukan hal yang mudah mengumpulkan
sedikit demi sedikit dari kebutuhan dapur tiap harinya. Kisah indah itu kembali
terbayang saat saya menatap kaleng peduli dari PKPU solo. Jika dulu ibu
mengumpulkan sedikit demi sedikit untuk kebahagiaan putri ragilnya, sekarang
saya juga berusaha mengumpulkannya sedikit demi sedikit untuk kebahagiaan
akhirat saya. Sengaja saya meletakkannya di meja kerja, biar kalau terima ampop
gaji langsung inget buat sedekah hehe. Semoga Allah memudahkan tangan ini untuk
terus mengisinya hingga penuh tiap bulannya. Aamin Ya Robbal alamiin..
0 komentar:
Posting Komentar