Rabu, 25 Maret 2015

SEDEKAH SALAH SASARAN (?)


Suatu ketika Nabi SAW menceritakan bahwa ada seseorang berniat bersedekah pada suatu malam, dan ternyata, sedekahnya pada malam hari itu jatuh kepada seorang pencuri. Setelah dia mengetahui bahwa penerima sedekahnya adalah seorang pencuri, dia berkata: Allahumma laka al-hamdu (Ya  Allah, hanya kepada- Mu segala pujian). Besok malamnya dia bersedekah lagi, ternyata penerimanya adalah wanita pelacur. Begitu dia mengetahui bahwa penerimanya adalah seorang peacur, dia berkata: Allahumma laka al-hamdu. Besok malamnya dia bersedekah lagi, dan ternyata penerimanya adalah orang kaya. Saat dia mengetahui bahwa penerimanya adalah seorang yang kaya, dia berkata: Allahumma laka al-hamdu.

Lalu orang itu didatangi oleh Nabi SAW dan dikatakan kepadanya, ”Adapun sedekah yang engkau berikan kepada si pencuri, mudah-mudahan dengan harta itu ia dapat menahan diri dari perbuatan mencuri. Adapun si pelacur, mudah-mudahan dengan harta itu ia kan menahan diri dari perbuatan zina. Adapun orang kaya, barangkali ia dapat mengambil pelajaran sehingga ia pun mau berinfak dari harta yang Allah berikan” *)

Kisah tersebut menjadi begitu luar biasa, dimana, saat orang tersebut mengetahui sedekahnya salah sasaran tidak lantas kecewa untuk kemudian tidak bersedekah. Bahkan ketika diulangi lagi di malam berikutnya, lagi-lagi salah sasaran pula. Kita bisa melihat keikhlasan yang padanya. Kisah diatas memberi pelajaran kepada kita, hendaklah kita belajar untuk menjadi manusia yang lebih mengambil nilai positif terhadap apa yang dilakukan. Bahkan saat kita salah melakukan sesuatu.

Apalagi bila kita yang melihat kekeliruan orang lain. Tak sepatutnya kita menggunakan kaca mata kuda kemudian menjustifikasi bahwa ‘sedekahnya salah sasaran’. Bagaimanapun, membangun motivasi seseorang untuk bersedekah itu jauh lebih sulit. Jangan sampai, seseorang yang sudah berniat untuk sedekah lalu menariknya kembali hanya lantaran dia khawatir kalau salah sasaran. Satu hal yang harus kita yakini bahwa Allah telah menyiapkan balasan berupa pahala atas amal baik yang telah dilakukan.

"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari (secara) sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS Al Baqarah (2):274)

Kemudian, teruslah beramal baik. Amal yang shaleh. Karena tugas dari penciptaan manusia adalah untuk beribadah, beramal shaleh. Bukan untuk menilai sebuah amal atau pekerjaan orang lain. Mengapa? Karena yang menyediakan pahala adalah Allah. Bukan kita. Jadi, kita tidak perlu sibuk untuk mengoreksi amal orang lain yang tidak pada tempatnya, bukan?.


*) Kisah diambil dari Hadits Abu Hurairah riwayat Bukhari (1421) Muslim (1022)


Oleh :
M. Miftahul Surur
Kepala Cabang PKPU Semarang

0 komentar:

Posting Komentar