Jumat, 03 Juli 2015

Menjadi Wanita Tiang Negara, Bukan Perusak Negara

ilustrasi : inet

“Wanita adalah tiang Negara

Kalimat yang kembali membuka memoriku. 
Dulu aku tak mengerti makna itu. Mungkin saja kemampuan bahasaku yang di bawah rata-rata atau pemahamanku yang belum sampai.

Ah, wanita selalu saja menjadi cerita yang tak pernah usai. Dirangkai dalam jutaan kalimat pun terkadang tak cukup.

Menilik sejarah yang terukir dalam Al Qur’an, bahwa betapa, sang wanita pertama, Hawa adalah sengaja dicipta Sang Kuasa untuk membersamai Sang Adam yang seorang diri menikmati memukaunya syurga. Seorang Nabi Adam AS saja yang saat itu tinggal si syurga, tetap membutuhkan seorang yang disebut Hawa (wanita).

Merekam ulang sejarah bahwa wanita bukanlah hanya sebagai pelengkap pemeran drama kehidupan. Wanita pada kenyataannya justru menjadi penentu peradaban sejarah kehidupan.

Ada banyak wanita mulia karena ketaatan pada Rabbnya, namun ditemui pula ada banyak wanita perusak peradaban dunia. Semua terukir manis dalam Al Qur’an. Sebutlah wanita-wanita mulia itu. Ada Bunda Khadijah, belahan hati dan jiwa Nabi Muhammad, SAW. Bagaimana beliau mengkontribusikan seluruh harta kekayaannya bagi perjuangan Nabi Muhammad, SAW menyebarkan risalah kebenaran.

Membahas kontribusi Bunda Khadijah tak akan cukup dalam ratusan lembaran bahkan ribuan mungkin. Bunda Khadijah, wanita agung yang telah dijanjikan syurga karena pengorbanannya untuk agama Islam.

Wanita mulia berikutnya ada Bunda Hajar. Menjadi istri dari Nabi Ibrahim,AS sangat mengurai kesabaran tanpa batas. Kegigihannya menanamkan ketauhidan yang menghujam dalam hatinya menjadikan Hajar wanita agung dengan banyak pesona. Dan akhirnya berimbas pula pada keanggunan tauhid yang tangguh pada putranya, Ismail kecil.  

Wanita mulia berikutnya adalah Maryam. Bunda Nabi Isa, AS ini bahkan menjadi wanita tabah sepanjang zaman. Betapa tidak, Maryam menjalani peran sebagai ibu dengan jalan yang sulit dicerna oleh akal, karena kuasa Allah menjadikan bayi lahir dari rahim perawan.

Dan masih banyak wanita-wanita agung pilihan Allah yang telah dididik menjadi wanita tangguh dan berkarakter  menjadikan Islam bersinar.

Namun coba merenung sebentar.
Ternyata selain wanita-wanita mulia itu yang tertuang dalam kitab suci, ada beberapa wanita yang justru keberadaannya menjadikan perusak moral.

Sebut saja Wali’ah, istrinya Nabi Nuh, AS yang justru menentang keras perjuangan suaminya. Ketidaktaatan istri Nabi Nuh, AS berimbas pada kedurhakaan putranya, Kan’am.  

Ada juga istri Abu Lahab, Auraa’(Arwa) binti Harb bin Umayyah yang terlibat persengkokolan  dengan suaminya memerangi Rosullulloh. Dan betapa kita tahu bagaimana ancaman Allah dalam Al Quran surat Al Lahab untuk mereka berdua.

Maka benarlah kalimat bijak itu. Melihat hal ini aku hanya tersenyum kecut. Betapa saat ini jumlah wanita penegak tiang negara berbanding lurus atau berbanding terbalik dengan jumlah wanita perusak negara? Suatu negara jika wanita-wanitanya rusak, maka rusak pula tatanan negaranya.

Konon, menurut Ustadz Felix Siauw,  cara menempa wanita menjadi berkualitas atau sebaliknya, bisa dilihat dari beberapa ranah. Ranah-ranah itu benar-benar menjadi penentu berkualitas atau tidaknya suatu generasi.

Food (Makanan). Wanita yang berperan sebagai ibu menjadi penentu menu sajian yang bisa dinikmati seluruh penghuni rumah. Hari ini betapa banyak wanita-wanita itu memindahtangankan tugas itu pada rumah makan, makanan cepat saji, warung makan 24 jam  dan yang lainnya. Dengan dalih sibuk karena pekerjaan kantoran. Padahal kehalalan pangan yang masuk kedalam tubuh dan beredar keseluruh edaran darah menjadi penentu watak penikmatnya. Lihatlah di beberapa kabar bagaimana produsen-produsen makanan cepat saji tak mempedulikan kehalalan dalam proses pengolahannya. Memotong hewan serupa ayam untuk dijadikan makanan cepat saji tak mengindahkan kaidah-kaidah pemotongan hewan halal konsumsi secara syar’i

Fashion (Pakaian). Dulu saat turun ayat Al Qur’an tentang menutup aurat wanita-wanita muslim menyambar apa saja yang ada dirumah untuk sekadar bersegera menjalani perintah Allah tersebut. Qs Al Ahzab ayat 59 “Hai Nabi, katakanlah pada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. Yang demikiansupaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Dan sekarang melihat wanita-wanita mengenakan pakaian membuat banyak mengelus dada. Seakan paha ayam goreng jauh lebih berharga. Seakan kepala cukup ditutup dengan accecoris pelengkap berbusana. Seakan mengenakan pakaian hanya sekadar tidak terlihat langsung, kenyataannya masih berbentuk. Kenyataannya lekuk tubuh masih begitu mudah terlihat.

Fun (Kesenangan) adalah modus selanjutnya untuk menghancurkan wanita-wanita. Bagaimana mereka disulap dengan berbagai kesenangan hidup. Dari kesenangan secara pribadi sampai kesenangan berkelompok. Tak ada manfaat yang bisa di petik dari kesenangan-kesenangan itu, selain tindakan berboros-boros. Padahal jelas sekali dalam Al Qur’an bahwa pemborosan adalah perilaku syetan dan bala tentaranya.  Bahkan ngerumpi saja sekarang di fasilitasi oleh banyak media atas nama pergaulan sosial. Apa yang bisa diperbuat wanita-wanita yang mestinya mendidik anak-anaknya itu?
Bila begitu benar bahwa jika ingin menguasai suatu negara, kuasai kaum wanitanya. Ia penentu peradaban. Wanita-wanita yang berkualitas akan melahirkan generasi-generasi yang berkualitas pula. Pun sebaliknya wanita-wanita rusak akan melahirkan generasi yang rusak pula.

Aku sendiri? Harus banyak merenung  dan berbenah. Terlebih dalam menjalani peran sebagai ibu dari anak-anakku. Sungguh. Benar-benar harus berbenah. Agar generasi ini tercipta menjadi generasi yang cinta Islam. Bertemu karena Allah disini dengan ibu-ibu yang cerdas, semoga menjadi bagian dari langkah kecil yang berlanjut agar diri ini bisa menjalani peran ibu yang sesuai aturan Allah. Semoga.
Wallahua’lam bi shawab.



Oleh : 
Siti Umaroh,
Guru TKIT Harapan Bunda  Purwokerto, 
Twitter @sitiRafkhan






Editor :
@abhyhikmatyar
Marcomm PKPU Semarang

0 komentar:

Posting Komentar