ilustrasi : inet |
“Wanita adalah tiang Negara”
Kalimat yang kembali membuka
memoriku.
Dulu
aku tak
mengerti makna itu. Mungkin saja kemampuan bahasaku yang di bawah rata-rata atau pemahamanku yang belum
sampai.
Ah,
wanita selalu saja menjadi cerita yang tak pernah usai. Dirangkai dalam jutaan
kalimat pun terkadang tak cukup.
Menilik
sejarah yang terukir dalam Al Qur’an, bahwa betapa, sang wanita pertama, Hawa
adalah sengaja dicipta Sang Kuasa untuk membersamai Sang Adam yang seorang
diri menikmati memukaunya syurga. Seorang Nabi Adam AS saja yang saat itu tinggal si syurga, tetap membutuhkan seorang yang disebut Hawa (wanita).
Merekam
ulang sejarah bahwa wanita bukanlah hanya sebagai pelengkap pemeran drama
kehidupan. Wanita pada kenyataannya justru menjadi penentu peradaban sejarah
kehidupan.
Ada
banyak wanita mulia karena ketaatan pada Rabbnya, namun ditemui pula ada banyak
wanita perusak peradaban dunia. Semua terukir manis dalam Al Qur’an. Sebutlah
wanita-wanita mulia itu. Ada Bunda Khadijah, belahan hati dan jiwa Nabi Muhammad, SAW. Bagaimana
beliau mengkontribusikan seluruh harta kekayaannya bagi perjuangan Nabi
Muhammad, SAW menyebarkan risalah kebenaran.
Membahas
kontribusi Bunda Khadijah tak akan cukup dalam ratusan lembaran bahkan ribuan
mungkin. Bunda Khadijah, wanita agung yang telah dijanjikan syurga karena
pengorbanannya
untuk agama Islam.
Wanita
mulia berikutnya ada Bunda Hajar. Menjadi istri dari Nabi Ibrahim,AS sangat
mengurai kesabaran tanpa batas. Kegigihannya menanamkan ketauhidan yang menghujam
dalam hatinya menjadikan Hajar wanita agung dengan banyak pesona. Dan akhirnya
berimbas pula pada keanggunan tauhid yang tangguh pada putranya, Ismail kecil.
Wanita
mulia berikutnya adalah Maryam. Bunda Nabi Isa, AS ini bahkan menjadi wanita
tabah sepanjang zaman. Betapa tidak, Maryam menjalani peran sebagai ibu dengan
jalan yang sulit dicerna oleh akal,
karena kuasa Allah menjadikan bayi lahir dari rahim perawan.
Dan
masih banyak wanita-wanita agung pilihan Allah yang telah dididik menjadi
wanita tangguh dan berkarakter
menjadikan Islam bersinar.
Namun
coba merenung sebentar.
Ternyata
selain wanita-wanita mulia itu yang tertuang dalam kitab suci, ada beberapa
wanita yang justru keberadaannya menjadikan perusak moral.
Sebut
saja Wali’ah, istrinya Nabi Nuh, AS yang justru menentang keras perjuangan
suaminya. Ketidaktaatan istri Nabi Nuh, AS berimbas pada kedurhakaan putranya,
Kan’am.
Ada
juga istri Abu Lahab, Auraa’(Arwa) binti Harb bin Umayyah yang terlibat
persengkokolan dengan suaminya memerangi
Rosullulloh. Dan betapa kita tahu bagaimana ancaman Allah dalam Al Quran surat Al Lahab
untuk mereka berdua.
Maka
benarlah kalimat bijak itu. Melihat hal ini aku hanya tersenyum kecut. Betapa
saat ini jumlah wanita penegak tiang negara berbanding lurus atau berbanding
terbalik dengan jumlah wanita perusak negara? Suatu negara jika wanita-wanitanya
rusak, maka rusak pula tatanan negaranya.
Konon,
menurut Ustadz Felix Siauw, cara menempa wanita menjadi
berkualitas atau sebaliknya, bisa dilihat dari beberapa ranah. Ranah-ranah itu
benar-benar menjadi penentu berkualitas atau tidaknya suatu generasi.
Food
(Makanan). Wanita yang berperan sebagai ibu menjadi penentu menu sajian yang
bisa dinikmati seluruh penghuni rumah. Hari ini betapa banyak wanita-wanita itu
memindahtangankan tugas itu pada rumah makan, makanan cepat saji, warung makan 24
jam dan yang lainnya. Dengan dalih sibuk
karena pekerjaan kantoran.
Padahal kehalalan pangan yang masuk kedalam tubuh dan
beredar keseluruh edaran darah menjadi penentu watak penikmatnya. Lihatlah di beberapa kabar
bagaimana produsen-produsen makanan cepat saji tak mempedulikan kehalalan dalam
proses pengolahannya. Memotong hewan serupa ayam untuk dijadikan makanan cepat
saji tak mengindahkan kaidah-kaidah pemotongan hewan halal konsumsi secara
syar’i
Fashion (Pakaian). Dulu saat turun ayat Al Qur’an tentang menutup aurat
wanita-wanita muslim menyambar apa saja yang ada dirumah untuk sekadar
bersegera menjalani perintah Allah tersebut. Qs Al Ahzab ayat 59 “Hai Nabi,
katakanlah pada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang
mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. Yang
demikiansupaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak
diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Dan sekarang melihat
wanita-wanita mengenakan pakaian membuat banyak mengelus dada. Seakan paha ayam
goreng jauh lebih berharga. Seakan kepala cukup ditutup dengan accecoris pelengkap berbusana. Seakan
mengenakan pakaian hanya sekadar tidak terlihat langsung, kenyataannya masih
berbentuk. Kenyataannya lekuk tubuh masih begitu mudah terlihat.
Fun
(Kesenangan) adalah modus selanjutnya untuk menghancurkan wanita-wanita.
Bagaimana mereka disulap dengan berbagai kesenangan hidup. Dari kesenangan
secara pribadi sampai kesenangan berkelompok. Tak ada manfaat yang bisa di
petik dari kesenangan-kesenangan itu, selain tindakan berboros-boros. Padahal
jelas sekali dalam Al Qur’an bahwa pemborosan adalah perilaku syetan dan bala
tentaranya. Bahkan ngerumpi saja
sekarang di fasilitasi oleh banyak media atas nama pergaulan sosial. Apa yang
bisa diperbuat wanita-wanita yang mestinya mendidik anak-anaknya itu?
Bila
begitu benar bahwa jika ingin menguasai suatu negara, kuasai kaum wanitanya. Ia
penentu peradaban. Wanita-wanita yang berkualitas akan melahirkan
generasi-generasi yang berkualitas pula. Pun sebaliknya wanita-wanita rusak
akan melahirkan generasi yang rusak pula.
Aku
sendiri? Harus banyak merenung dan
berbenah. Terlebih dalam menjalani peran sebagai ibu dari anak-anakku. Sungguh.
Benar-benar harus berbenah. Agar generasi ini tercipta menjadi generasi yang
cinta Islam. Bertemu karena Allah disini dengan ibu-ibu yang cerdas, semoga
menjadi bagian dari langkah kecil yang berlanjut agar diri ini bisa menjalani
peran ibu yang sesuai aturan Allah. Semoga.
Wallahua’lam
bi shawab.
Oleh :
Siti Umaroh,
Guru TKIT Harapan Bunda
Purwokerto,
Twitter @sitiRafkhan
Editor :
@abhyhikmatyar
Marcomm PKPU Semarang
0 komentar:
Posting Komentar