Ilustrasi Inet |
Marhaban
Ramadhan datang
Di
pucuk dikau ku letak damba
Datangmu
menyibak kelam
Melenyap
duka sengsara
Syair
di atas ditulis tidak hanya sebagai penyemarak Ramadhan yang akan berlangsung. Namun
sebagai sebuah kerinduan yang mendalam akan seorang hamba kepada Rabbnya.
Sebuah bentuk apreasiasi yang begitu dahsyat untuk bertemu dengan tamu yang
agung. Tamu yang dimuliakan Allah Azza wa Jalla dan merupakan bulan yang
dikatakan sebagai tuannya bulan atau sayyid as-syuhur. Bulan yang
istimewa dikaruniakan Allah terhadap hambaNya. Bulan antara kebahagiaan dan
kecemasan, kebahagiaan untuk mendapatkan pengampunan, kerahmatan, dan dijauhkannya
neraka dan bertemu denganNya. Kecemasan yang selalu menggemuruh dan mendera di
kala tidak bersua dengannya.
Kekuatan
yang agung terletak di bulan ramadhan yang mampu menggemakan dunia seisinya.
Penuhnya semangat spiritualitas, amal dan sifat kehambaan muncul di bulan ini.
Mata, lidah, niat yang buruk dibuang jauh-jauh demi mendapatkan ridhaNya. Ya,
bertemu denganNya yang membuat hati menjadi cemburu untuk terus mencuri simpati
padaNya. Bak seorang yang akan bertemu dengan calon istri/suaminya yang mau
dinikahinya.
Diampuni
dosa yang lalu itulah janji yang diberikan kepada kita. Tentulah dengan iman
dan ikhlas sebagai tolok ukur dalam melaksanakan perintahNya. Amal
dilipatgandakan ratusan bahkan ribuan kali menjadi tawaran yang menggiurkan
semua orang yang menjalankannya. Dengki, gosip, sombong, pelit dan
penyakit-penyakit yang menggerogoti di kubur hidup-hidup untuk mencapai
kebeningan hati, kejernihan pikiran dan kebersihan jiwa. Berduyun-duyun orang
mengeluarkan sedekah untuk mencapai kesempurnaan kekayaan agar bersih dari
bercak-bercak dosa.
Kelaparan
dan kehausan menjadi makanan sehari-hari seperti para dhua’fa yang mencari
sesuap nasi demi mengganjal perut yang sepi. Pengekangan nafsu, diikatnya hawa
menjadi barometer seberapa besar kecintaan kepada Sang Pencipta. Sehingga
terbangunlah singgasana surga yang dihiasi pengantin-pengantin bidadari yang
bermata jeli.
Keagungan
di bulan ini diungkap oleh Allah Rabbul Izzati dengan turunnya alquran sebagai
dustur ilahi yang menjadi pedoman hidup bagi manusia sehingga afiliasi
masyarakat islam terbangun di atas manhaj Ilahi. Al quran mampu membangun
keteraturan, kenyamanan dan ketertiban dalam berbagai aspek kehidupan.
Lailatur
qadar yang lebih baik daripada seribu bulan. Melebihi usia manusia yang mempunyai
rata-rata 60 tahun atau lebih sedikit. Kurang lebih 83 tahun lebih 3 bulan
disetarakan hanya satu malam jika mendapat lailatul qadar. Keajaiban yang
memesona ibadah satu malam disamakan dengan 83 tahun lebih. Itulah kesempurnaan
Yang Maha Sempurna yang diberikan kepada umat ini yang tidak diberikan
kaum-kaum terdahulu. Subhanallah, alhamdulillah, Allahu Akbar.
Tangga
taqwa menjadi tujuan akhir dari pelaksanaan ibadah puasa. Biar hidup terangkai
sifat tawadhu’, jiwa kerakusan diganti dengan qana’ah, pembangkangan dihapus
menjadi penuh wara’i (loyal) dan rasa ketidakpercayaan kepadaNya terhapuskan dengan
sebuah keyakinan yang mendalam untuk menggapai rahmatNya.
Ramadhan…..
ramadhan….
dirimu
kan selalu ku kenang
hanya
Allah segala kasih dan sayang
Semoga
Allah nian meridhai
Amin
ya Rabbal ‘alamin
Ditulis oleh : Musyafa, Divisi DRM PKPU Semarang
0 komentar:
Posting Komentar