Oleh: Kang Azies Rachman
Staf pendayagunaan divisi Ekonomi
Kesungguhannya berbalas perwujudan keinginan dari rabb
semesta alam ini atas prestasi ketakwaan sebagai seorang nabi. Anak yang ia
cintai dan ia tunggu bertahun-tahun lamanya akhirnya menjadi miliknya
seutuhnya. Ia bahagia dan putranyapun merasakan hal serupa. Anaknya tak jadi ia
sembelih sebagaimana perintah tuhan dalam mimpinya. Seperti sediakala, sehat
nan rupawan tanpa kekurangan sedikitpun. Bahkan tak hanya itu,
kebahagiaannyapun masih Allah SWT tambah lagi dengan kedatangan malaikat
sebagai pembawa wasilah pengganti putranya berupa seekor hewan ternak domba
yang sangat gemuk. Ia tergantikan dengan yang lebih baik dan ritual penggantian
itupun menjadi ritual pengurbanan hewan qurban idul adha yang diadakan tiap
tahun bagi umat ini. ‘ala kulli haal
seperti itulah kali pertama ibadah qurban terjadi dan menjadi pola dasar
penyembelihan hewan yang dibawakan oleh sang khalilllah, Ibrohim ‘alaihissalam.
Kisah kesungguhan ini telah turun temurun menjadi runtutan
kisah dunia seribu satu malam yang tiada terputus. Bahkan Alquranpun
menyejarahnya sebagai bagian dari pengangkatan derajat pada ayat dan nama surat
khusus bagi nabi yang satu ini. kisah yang mengharu biru, yang kilau cahaya
keimanannya sungguh pesona rasa yang tiada tara jika kita mau merenunginya
dalam-dalam. Indah, kuat dan kental nuansa ketakwaan.
Ibrohim, kita mengenalnya dalam banyak kisah. Saat ia
sebagai seorang perenung yang mencoba memahami dan mencari tahu tentang
pencipta alam raya ini, saat ia sebagai putra Azar sang pemilik berhala dan
penghancur dari pemilik yang sama, saat menjadi penerima mukjizat sebagai orang
yang tak lekang dimakan api dan saat ia
diuji oleh Allah SWT dengan ujian keluarga. Dan kisah yang terberat dari semua
itu, Allah memerintahkannya untuk menyembelih putra kesayangannya sendiri,
Isma’il ‘alaihissalam.
Ujian terberat tersebut sangat sulit bagi manusia biasa
sulit untuk dilewatinya, atau bahkan mustahil. Tapi itu semua tidak berlaku
bagi Ibrohim. Ia kuat dan tegar, tak patah arang meski setan menggodanya.
Dengan kualitas ketakwaan dan kecintaan kepada rabbnyalah yang membuat ia rela
melakukan sesuatu di luar batas normal sebagai manusia biasa.
Sebagaimana kita ketahui setelah lama tak memperoleh keturunan,
akhirnya dengan skenario Allah yang Maha Canggih Ibrohim mendapatkan keturunan
dari istrinya Hajar. Hajar melahirkan Ismail dan sungguh bahagialah Ibrohim
melihat bayi dari keturunanya sendiri yang ia nantikan sangat lama. Kebahagiaan
yang tak tertera. Kelengkapan keluarga yang bisa membuatnya bangga karena kelak
akan disandingkan dengan sebutan ayah. Namun sayang, tak lama ia bisa merasakan
senyum imut dari sang bayi Ismail.
Allah SWT memerintahkannya melepas mereka berdua jauh dari
tempat ia singgah. Tepatnya di padang tandus yang tiada berpenghuni lagi hanya
terisi oleh suara angin dan pasir gurun yang kering. Hanya mereka berdua.
Seorang wanita dengan bayinya yang masih kecil. Beratkah ia? Menyesalkah ia?
Marahkan Hajar?, peristiwa ini menjadi bukti cinta bagi keluarga sang
khalilullah. Mereka semua mencoba ikhlas. Jauh saat hati ingin mendekat, dan
sulit saat kenikmatan begitu jelas terasa di hadapan.
Dan begitu Maha Sayangnya Allah ‘Azza wa Jalla, terutama
pada keluarga Ibrohim. Allah SWT tidak pernah diam menyaksikan keta’atan
hamba-hambaNya yang pasrah totalitas kepadaNya. Bahkan ia telah mengatur takdir
yang lebih indah dari yang tidak pernah terlintaskan. Hingga seiring waktu yang
terus berjalan, Hajar dan anaknya dapat tumbuh dari tempat yang manusiapun
mungkin enggan menempatinya. Peradaban barupun tumbuh dan bermula dari tempat
yang tandus, kering dan tak berpenghuni tersebut.
Hingga di suatu waktu di saat masa yang bahagia terasakan
sesaat saja kala tatapan dan pelukan hangat antara anak, ayah dan ibunya
terjadi usai perpisahan yang cukup lama itu, ujian barupun menimpa Ibrohim
‘alaihissalam. Allah SWT mengujinya dengan perintah untuk menyembelih putra
kesayanganya melalui mimpi yang benar.
Ibrohim, sebagaimana yang kita ketahui ia hanyalah manusia
biasa seperti nabi Muhammad SAW. Ia memiliki rasa cinta, rasa sayang yang
tinggi dan keinginan untuk berkumpul dengan keluarganya layaknya keluarga lain
di atas muka bumi saat itu. Namun perintah Allah berkata lain. Ibrohim
ditugaskan untuk mengurbankan sesuatu yang paling ia cintai, paling ia sayangi
dan paling ia dambakan dalam hidupnya.
Perintah ini merupakan perintah yang tidak biasa. Namun ia
tak gentar. Meski mungkin saja ada rasa berat dalam hati manakala titah itu ia
laksanakan. Tapi keta’atan pada rabbnya mengalahkan sisi lemah manusianya.
Sekarang bagaimana dengan Isma’il? Apakah ia gentar menghadapi pisau tajam dari
tangan sang ayah?, tak kalah luar biasanya dengan Ibrohim. Putra sholeh didikan
ibunda hajar inipun ikhlas dan tabah mengikuti pesan sang khaliq yang
disampaikan melalui mimpi agar ia dikurbankan melalui tangan ayahnya sendiri.
Keikhlasan, ketabahan dan keta’atan keduanya yang luar
biasa nampak sejak mereka bertemu, di akhir episode takdir ujian anak dan ayah
ini diganjar Allah SWT dengan ritualitas idul adha. Ibadah yang kemudian
menjadi salah satu ikon pengorbanan terbaik sejak seribu tahun lebih bagi umat
islam ini. Ibadah yang senantiasa dipautkan pada kisah ketakwaan, keta’atan dan
keshabaran keluarga Ibrohim ‘alaihissalam.
Pasca peristiwa tersebut, Ibrohim, Isma’il dan Hajar dapat
berkumpul kembali dalam dekapan kehangatan rumah tangga sakinah, mawadah
warahmah dan kelezatan ukhrowi berupa manisnya iman yang berasal dari keta’atan
pada Allah SWT. Cinta yang bersemai dalam balutan ukhuwah keluarga besar
bertitelkan anbiya dan pewaris muka bumi ini sebagai khalifatullah. Hingga
sholawatpun dicurahkan pada nabi yang satu ini selepas sholawat yang
disampaikan kepada nabi Muhammad SAW di akhir sholat.
Kehangatan buah cinta yang yang berasal dari ritualitas
qurban atas dasar keikhlasan. Hangat, akrab dan menenangkan. Allah SWT berikan
itu semua pada Ibrohim. Tak hanya Ibrohim yang akan mendapatkannya, Allah
SWTpun akan memberikan hal serupa pada hamba-hambaNya yang Ikhlas berkurban di
hari raya idul adha karena harapkan cinta, keridhlaan dan ampunan dari Dzat
Ar-rahman. Hadiah istimewa yang hanya akan dirasakan dalam hati orang-orang
yang beriman. Jauh dalam sanubarinya berupa hidayah dan keistiqomahan yang
terus dijaga bersama GenggamanNya yang Maha Agung. Takdir terindah yang
diukirkan seiring catatan amal baik yang terus meningkat. Dan jika hal tersebut
terjadi pada diri kita, Fabiayyialaairobbkimua tukadziban. nikmat tuhan yang
manakah lagi yang akan engkau dustakan?.
0 komentar:
Posting Komentar