Kamis, 22 September 2011

Relawan, Distribusi Bantuan Di bawah Ancaman Peluru


MOGADISHU - Sangat tidak mudah untuk mendistribusikan bantuan di Mogadishu. Kondisi keamanan yang tidak pasti membuat tim kemanusiaan Indonesia, Aid For Somalia PKPU harus ektra hati-hati dan menggandeng mitra kerja yang tepat. Sewaktu-waktu bisa saja terjadi serangan atau adanya peluru nyasar yang ditembakan oleh pihak-pihak bertikai di ibukota Somalia ini.

Untuk mendistribusikan bantuan kemanusiaan bagi korban kelaparan di Somalia, Tim Kemanusiaan PKPU menggandeng Zamzam Foundation, organisasi kemanusiaan lokal yang cukup profesional dalam penanganan bencana di Somalia maupun Kenya. Selain itu turut disyaratkan adanya pengamanan dari tentara bersenjata selama tim berada di Mogadishu. Ada lima tentara dengan senjata siap tembak selalu mengiringi tim kemanusiaan melakukan aksi-aksi kemanusiaan dari satu kamp ke kamp pengungsian lainnya.

Ketua Tim Kemanusiaan Indonesia, Aid For Somalia PKPU, Tomy Hendrajati mengungkapkan, kelaparan di Mogadishu tidak jauh lebih parahnya dibanding kelaparan di lokasi pengungsian lainnya di perbatasan Kenya-Somalia. Meskipun mereka mengungsi ke Ibukota, pusat pemerintahan, tetapi tetap saja persediaan makanan tidak mencukupi untuk mereka bertahan dalam beberapa bulan ke depan. 

Informasi didapat PKPU, sebenarnya bantuan banyak masuk ke Mogadishu, akan tetapi bantuan tersebut susah untuk didistribusikan karena adanya konflik kepentingan antara faksi-faksi bertikai. Bantuan itu akan kian sulit diberikan kepada pengungsi karena berasal dari negara-negara Barat lengkap dengan atributnya yang sangat tidak diinginkan keberadaannya oleh sipil bersenjata yang menguasai sebagian besar kota Mogadishu.

Di Mogadishu, Tim Kemanusiaan PKPU membagikan bantuan makanan berupa beras, kurma, minyak goreng dan tepung untuk 420 jiwa penerima manfaat. Setiap penerima mendapatkan satu karung beras yang merupakan makanan mahal di Somalia karena umumnya makanan utama rakyat di sini adalah tepung. Bantuan awal ini cukup untuk persediaan selama tiga bulan ke depan.

“Banyaknya lembaga kemanusiaan yang masuk ke Mogadishu ternyata belum menjamin bantuan kemanusiaan sampai ke pengungsi, butuh jaringan yang kuat dan strategi yang tepat sehingga bisa masuk ke kamp pengungsian,” ungkap Tomy Hendrajati dari Mogadishu.

Di kamp pengungsian kedatangan tim kemanusiaan PKPU disambut dengan keluhan ibu-ibu pengungsian yang berebut saling menceritakan kondisi kesehatan anak-anak mereka yang sakit. Mereka membutuhkan makanan dan obat-obatan yang cukup. Hal ini sangat terkait dengan kondisi pengungsian yang kumuh, padat dan rentan penyakit. Di tambah parah dengan minimnya sarana sanitasi air bersih, MCK.

Kondisi Mogadishu tidak ubahnya “penjara kota” di mana mereka yang ada di dalamnya hanya bebas bergerak dalam radius 5 Km di dalam kota. Meski begitu, tidak ada kata aman meski di ibukota, pertikaian antar faksi kerap terjadi tiba-tiba dan berakhir dengan perang senjata.

:: Laporan Elfiyon Julinit, Tim Kemanusiaan Indonesia, Aid For Somalia PKPU dari Nairobi

Dokumentasi:






0 komentar:

Posting Komentar