Rabu, 03 Juni 2015

Damba Ramadhan

Ilustrasi Inet


Marhaban Ramadhan datang
Di pucuk dikau ku letak damba
Datangmu menyibak kelam
Melenyap duka sengsara
                                                                 

Syair di atas ditulis tidak hanya sebagai penyemarak Ramadhan yang akan berlangsung. Namun sebagai sebuah kerinduan yang mendalam akan seorang hamba kepada Rabbnya. Sebuah bentuk apreasiasi yang begitu dahsyat untuk bertemu dengan tamu yang agung. Tamu yang dimuliakan Allah Azza wa Jalla dan merupakan bulan yang dikatakan sebagai tuannya bulan atau sayyid as-syuhur. Bulan yang istimewa dikaruniakan Allah terhadap hambaNya. Bulan antara kebahagiaan dan kecemasan, kebahagiaan untuk mendapatkan pengampunan, kerahmatan, dan dijauhkannya neraka dan bertemu denganNya. Kecemasan yang selalu menggemuruh dan mendera di kala tidak bersua dengannya.

Kekuatan yang agung terletak di bulan ramadhan yang mampu menggemakan dunia seisinya. Penuhnya semangat spiritualitas, amal dan sifat kehambaan muncul di bulan ini. Mata, lidah, niat yang buruk dibuang jauh-jauh demi mendapatkan ridhaNya. Ya, bertemu denganNya yang membuat hati menjadi cemburu untuk terus mencuri simpati padaNya. Bak seorang yang akan bertemu dengan calon istri/suaminya yang mau dinikahinya.

Diampuni dosa yang lalu itulah janji yang diberikan kepada kita. Tentulah dengan iman dan ikhlas sebagai tolok ukur dalam melaksanakan perintahNya. Amal dilipatgandakan ratusan bahkan ribuan kali menjadi tawaran yang menggiurkan semua orang yang menjalankannya. Dengki, gosip, sombong, pelit dan penyakit-penyakit yang menggerogoti di kubur hidup-hidup untuk mencapai kebeningan hati, kejernihan pikiran dan kebersihan jiwa. Berduyun-duyun orang mengeluarkan sedekah untuk mencapai kesempurnaan kekayaan agar bersih dari bercak-bercak dosa.

Kelaparan dan kehausan menjadi makanan sehari-hari seperti para dhua’fa yang mencari sesuap nasi demi mengganjal perut yang sepi. Pengekangan nafsu, diikatnya hawa menjadi barometer seberapa besar kecintaan kepada Sang Pencipta. Sehingga terbangunlah singgasana surga yang dihiasi pengantin-pengantin bidadari yang bermata jeli.

Keagungan di bulan ini diungkap oleh Allah Rabbul Izzati dengan turunnya alquran sebagai dustur ilahi yang menjadi pedoman hidup bagi manusia sehingga afiliasi masyarakat islam terbangun di atas manhaj Ilahi. Al quran mampu membangun keteraturan, kenyamanan dan ketertiban dalam berbagai aspek kehidupan.

Lailatur qadar yang lebih baik daripada seribu bulan. Melebihi usia manusia yang mempunyai rata-rata 60 tahun atau lebih sedikit. Kurang lebih 83 tahun lebih 3 bulan disetarakan hanya satu malam jika mendapat lailatul qadar. Keajaiban yang memesona ibadah satu malam disamakan dengan 83 tahun lebih. Itulah kesempurnaan Yang Maha Sempurna yang diberikan kepada umat ini yang tidak diberikan kaum-kaum terdahulu. Subhanallah, alhamdulillah, Allahu Akbar.   

Tangga taqwa menjadi tujuan akhir dari pelaksanaan ibadah puasa. Biar hidup terangkai sifat tawadhu’, jiwa kerakusan diganti dengan qana’ah, pembangkangan dihapus menjadi penuh wara’i (loyal) dan rasa ketidakpercayaan kepadaNya terhapuskan dengan sebuah keyakinan yang mendalam untuk menggapai rahmatNya.  
  
Ramadhan….. ramadhan….
dirimu kan selalu ku kenang
hanya Allah segala kasih dan sayang
Semoga Allah nian meridhai

Amin ya Rabbal ‘alamin

Ditulis oleh  : Musyafa, Divisi DRM PKPU Semarang

0 komentar:

Posting Komentar