Qurbanisasi

"QURBANISASI”, QURBAN DARI YANG BERKECUKUPAN, KEPADA YANG MEMBUTUHKAN

Berbagi Cinta bersama Anak Yatim

Santunan bagi anak yatim dengan nuansa rekreasi yaitu Belanja Bareng Yatim

PKPU Bersama Warga Bersihkan Sisa Longsor

PKPU mengirimkan tim rescue untuk melakukan evakuasi

Pusat Pemulihan SEHATI “Sehatkan Keluarga dan Buah Hati Indonesia"

Pusat Pemulihan SEHATI merupakan salah satu dari program SEHATI yang dilaksanakan oleh PKPU Kota Semarang bersama PT. Phapros, Tbk di Kabupaten Semarang...

Berbagi Bingkisan Lebaran

PKKPU Berbagi Bingkisan Lebaran

Rabu, 25 Maret 2015

Berbagi Kesegaran


Seperti kebanyakan sekolah di akhir masa studi, biasanya dihelat acara wisuda, atau ada yang dengan istilah akhirussanah. Seperti acara yang digelar sekolah anak saya yang saat ini masih TK diakhir bulan Juni lalu. Semua orang tua wali diundang untuk hadir dan menyaksikan berbagai penampilan anandanya yang begitu apik. Gelak tawa, canda dan celotehan menghiasi setiap penampilan siswa. Penampilan yang telah dibagi berdasarkan masing-masing grup itu begitu memukau dan mengundang decak kagum hadirin yang menyaksikannya. Ada kelompok yang menari, menyanyi atau berparodi. Ada pula yang menampilkan hafalan surat pendek, hafalan doa atau berpuisi. Semuanya tersaji penuh kreasi terselip pesan moral yang menggugah nurani.

Para tamu undangan telah di-set di masing-masing kursi sesuai dengan nomor undangan. Dengan begitu, floor atau hadirin terlihat rapi. Dengan cukup khidmad acara demi acara diikuti dengan seksama. Walaupun sesekali ada sedikit ‘keributan’ orang tua saat anandanya dipanggil untuk naik keatas panggung. Ya, kamera ponselnya dengan sigap akan segera mengabadikan setiap momen putra-putrinya yang otomatis sedikit membuat ‘kegaduhan kecil’. Tak terkecuali saya sendiri. Bisa dimaklumi, momen itu menjadi begitu berharga untuk dilewatkan begitu saja.

Ketika semakin siang suasana ruangan sedikit mulai memanas. Meskipun ruangan ber-AC, namun karena dipenuhi tamu undangan menjadikan suhu ruangan itu sedikit meningkat. Sejurus kemudian, persis di sebelah saya duduk salah seorang wali murid mengambil kertas tebal bekas snack yang telah habis dinikmatinya. Ya, dia mulai mengipaskannya ke wajahnya untuk sedikit mengurangi gerah di muka. Beruntunglah saya yang duduk di samping kirinya yang selalu kebagian angin ‘semribit’ saat kertas yang dipegangnya diayun bolak-balik itu. Tak perlu susah payah berkipas, kesegaran saya dapatkan. Karena tak mungkin juga hal ini dibahas dengan wali murid sebelah kanan saya, karena takut bila menimbulkan salah faham, saya tetap fokus menikmati setiap penampilan anak-anak yang menggemaskan itu diiringi semilir angin yang datang dari kursi sebelah. “Semoga ini menjadi sedekah kebaikan baginya”, gumam saya dalam hati. Salam. 

Oleh :

M. Miftahul Surur
Kepala Cabang PKPU Semarang

SEMESTA YANG SALING BERBAGI


Kadang, sejenak kita perlu merenungkan apa yang selintas terjadi di sekitar kita.  Terlalu banyak hal kecil yang luput dari perhatian kita. Misalnya, berapa banyak oksigen yang kita hirup setiap hari? Dalam keadaan istirahat, manusia dewasa menghirup 1,8 sampai 2,4 gram oksigen per menit. Jumlah ini setara dengan 6 miliar ton oksigen yang dihirup oleh seluruh manusia per tahun. Jumlah sebanyak itu harus disediakan tumbuhan dan biota laut terutama ganggang hijau dan sianobakteri. Untuk siapa oksigen diproduksi? Untuk penduduk bumi, termasuk kita, manusia!

Cobalah kita perhatikan hewan yang setiap hari memakan rerumputan. Ia akan memberi nilai baik bagi tumbuhan dengan kotorannya. Siapa yang menghancurkan kotoran-kotoran sampah kehidupan, dialah hewan kecil dan bakteri disekeliling kita. Karakteristik alam semesta itu memang saling berbagi, saling menguntungkan.

Hanya bila keseimbangan ini diganggu, bencana akibatnya. Kehidupan yang penuh harmoni itu, menjadi malapetaka manakala sifat saling berbagi ini hilang. Betapa tidak, seandainya saja tumbuhan dan biota laut tak mau berbagi oksigen, apa yang terjadi? Akan terjadi kepunahan hampir semua mahluk hidup yang menggantungkan nafasnya dari oksigen bebas. Seandainya pembusukan dari dedaunan tidak terserap dan termanfaatkan oleh tumbuhan, apa yang terjadi? Bau busuk dan sampah akan berserakan tak terkira.

Tetapi alam semesta memberi pelajaran penting kepada kita, bagaimana satu dengan yang lain saling berkaitan, saling membutuhkan dan saling ketergantungan. Tidak ada yang bisa hidup dengan dirinya sendiri. Tak ada yang sempurna seutuhnya. Kebutuhan yang tak bisa diproduksi oleh suatu mahluk hidup, akan disajikan dengan baik oleh mahluk hidup yang lain.

Dan kita adalah bagian dari alam semesta itu. Bila sifat saling berbagi itu ada pada setiap diri kita maka keseimbangan akan tercapai. Keserasian antara satu dengan yang lain akan tercipta. Berbagi dan saling membutuhkan adalah prasyarat kehidupan yang harmonis. Tidak ada sebagian yang merasa lebih diuntungkan, dan sebagian lain merasa dirugikan. Tidak ada pihak yang merasa istimewa, dan pihak lain merasa hina. Itu semua karena antara kita saling berbagi dan saling membutuhkan. Salam. 

Oleh :
M. Miftahul Surur
Kepala Cabang PKPU Semarang

SEDEKAH SALAH SASARAN (?)


Suatu ketika Nabi SAW menceritakan bahwa ada seseorang berniat bersedekah pada suatu malam, dan ternyata, sedekahnya pada malam hari itu jatuh kepada seorang pencuri. Setelah dia mengetahui bahwa penerima sedekahnya adalah seorang pencuri, dia berkata: Allahumma laka al-hamdu (Ya  Allah, hanya kepada- Mu segala pujian). Besok malamnya dia bersedekah lagi, ternyata penerimanya adalah wanita pelacur. Begitu dia mengetahui bahwa penerimanya adalah seorang peacur, dia berkata: Allahumma laka al-hamdu. Besok malamnya dia bersedekah lagi, dan ternyata penerimanya adalah orang kaya. Saat dia mengetahui bahwa penerimanya adalah seorang yang kaya, dia berkata: Allahumma laka al-hamdu.

Lalu orang itu didatangi oleh Nabi SAW dan dikatakan kepadanya, ”Adapun sedekah yang engkau berikan kepada si pencuri, mudah-mudahan dengan harta itu ia dapat menahan diri dari perbuatan mencuri. Adapun si pelacur, mudah-mudahan dengan harta itu ia kan menahan diri dari perbuatan zina. Adapun orang kaya, barangkali ia dapat mengambil pelajaran sehingga ia pun mau berinfak dari harta yang Allah berikan” *)

Kisah tersebut menjadi begitu luar biasa, dimana, saat orang tersebut mengetahui sedekahnya salah sasaran tidak lantas kecewa untuk kemudian tidak bersedekah. Bahkan ketika diulangi lagi di malam berikutnya, lagi-lagi salah sasaran pula. Kita bisa melihat keikhlasan yang padanya. Kisah diatas memberi pelajaran kepada kita, hendaklah kita belajar untuk menjadi manusia yang lebih mengambil nilai positif terhadap apa yang dilakukan. Bahkan saat kita salah melakukan sesuatu.

Apalagi bila kita yang melihat kekeliruan orang lain. Tak sepatutnya kita menggunakan kaca mata kuda kemudian menjustifikasi bahwa ‘sedekahnya salah sasaran’. Bagaimanapun, membangun motivasi seseorang untuk bersedekah itu jauh lebih sulit. Jangan sampai, seseorang yang sudah berniat untuk sedekah lalu menariknya kembali hanya lantaran dia khawatir kalau salah sasaran. Satu hal yang harus kita yakini bahwa Allah telah menyiapkan balasan berupa pahala atas amal baik yang telah dilakukan.

"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari (secara) sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS Al Baqarah (2):274)

Kemudian, teruslah beramal baik. Amal yang shaleh. Karena tugas dari penciptaan manusia adalah untuk beribadah, beramal shaleh. Bukan untuk menilai sebuah amal atau pekerjaan orang lain. Mengapa? Karena yang menyediakan pahala adalah Allah. Bukan kita. Jadi, kita tidak perlu sibuk untuk mengoreksi amal orang lain yang tidak pada tempatnya, bukan?.


*) Kisah diambil dari Hadits Abu Hurairah riwayat Bukhari (1421) Muslim (1022)


Oleh :
M. Miftahul Surur
Kepala Cabang PKPU Semarang

Dari Arah yang Tak Disangka


Siang itu matahari terasa sangat terik. Saya memutuskan untuk menepikan motor di tepian jalan yang ditumbuhi rerumputan. Tepat disamping tempat saya menghentikan motor terdapat sebuah pohon yang hanya menyisakan sedikit daun saja. Maklum, musim kemarau memang memaksa dedaunan meranggas. Meski begitu,pohon yang nyaris gundul itu lumayan sebagai tempat berteduh barang sejenak, walaupun sama sekali tidak rindang. Tampak sepeda motor, angkutan umum, dan kendaran berat yang mengangkut material proyek berlalu-lalang melintasi aspal rusak di depan saya. Tak pelak lagi, debu bersama hawa panas pun menampar-nampar muka. Ingin sekali rasanya saya tidak terdampar di tempat ini. Duduk manis saja di kantor full AC dengan segelas teh manis ditangan lengkap dengan monitor PC di hadapan saya. Itu jauh lebih menyenangkan. 

Ya, siang ini saya ada jadwal mengunjungi calon donatur baru. Sebagai seorang marketer pada sebuah lembaga kemanusiaan nasional dan zakat center (PKPU-red), pekerjaan saya memang lebih banyak habis di lapangan. Dan kali ini perjalanan menuju rumah calon donatur tersebut nyaris memakan waktu satu jam. Cukup melelahkan,,apalagi mood saya hari itu kurang begitu baik. 

Saya pun beringsut meninggalkan motor,menuju kerumunan ibu-ibu yang mengelilingi sebuah gerobak sayur, mangkal tak jauh dari tempat saya menghentikan motor. Dengan santun saya menanyakan sebuah alamat. berdasarkan hasil penelusuran google maps yang saya cek sebelum berangkat tadi alamat yang saya cari ada di daerah ini, tinggal memastikan saja dengan bertanya kepada penduduk sekitar. Benar saja, ternyata saya berhenti di daerah yang tepat, hanya saja telah melewatkan beberapa blok saja dari tempat saya berdiri. Tak masalah. Saya pun segera pamit setelah mengerti petunjuk navigasi yang diberikan oleh ibu-ibu tadi. Ingin segera meninggalkan tempat gersang ini.

Saya tertegun demi melihat rumah yang saya tuju. Saya cocokkan kembali no rumah dengan secarik kertas dalam genggaman saya yang berisi alamat itu. Cocok. Memang rumah ini yang saya cari. Sebuah rumah kecil dan sederhana yang tak memiliki teras, hanya secuil halaman sempit yang telah diubah menjadi tempat menjemur baju. Tampak rumah ini lebih sederhana dibandingkan dengan rumah lain yang ada di sekitar komplek itu. Yang membuat saya tertegun ketika melihat rumah itu, karena saya belum begitu yakin jika pemilik rumah itu adalah calon donatur. Selama ini saya selalu mengunjungi donatur kaya yang memiliki rumah keren, mobil mewah, kantor nyaman, dan sejumlah fakta lain tentang donatur lembaga zakat. Tapi apa salahnya kalau saya coba. Toh, donatur tersebut yang telah menelepon kantor kami. Beliau meminta tim dari lembaga kami untuk datang ke rumah dan minta dijelaskan tentang program-program lembaga kami. Dan tugas itu jatuh pada saya. 

Kaki saya pun mengayun menyeberangi jembatan mini depan rumah yang menghubungkan halaman dengan jalan. Keduanya dipisahkan sebuah selokan yang cukup dalam. Seorang wanita pun keluar menjawab salam saya. Umurnya baru berkisar tigapuluhan. Ternyata memang benar, ibu itu yang telah meminta saya datang. Saya pun diajak memasuki rumah dan dipersilakan duduk. Dengan ramah sang ibu berkali-kali mengucapkan terima kasih kepada saya yang telah mau mengunjungi rumah beliau yang sederhana itu. Memang ini pekerjaan saya ibu.

Kami pun beramah-tamah. Saya memperkenalkan diri dan profil lembaga zakat yang kami kelola, saya lanjutkan dengan presentasi program-program yang kami laksanakan. Perbincangan tetap berlanjut dengan diskusi setelah saya kehabisan materi. Di ruang sempit itu kami duduk lesehan membicarakan hal yang membuat saya sungguh merinding. Saya melihat begitu besarnya semangat si ibu untuk berbagi. Bahkan saya pun mengakui jika saya telah kalah telak dengan beliau. Di sisi lain profesi saya yang menjadi bagian dari sebuah lembaga zakat, saya ternyata belum memiliki ilmu seperti milik si ibu. 

“Kata guru ngaji saya mbak, kita itu tidak usah menunggu kaya untuk sedekah. Karena karakter dasar manusia itu selalu tidak puas, jadi saya rasa sulit untuk sedekah jika prinsip kita menunggu kaya. Yang saya banyak pelajari dari kehidupan ini adalah semakin kita banyak sedekah, maka semakin kayalah kita. Alhamdulillah suami saya juga selalu membimbing saya. Beliau tidak pernah mengajarkan saya untuk menahan uang di dalam dompet saja. Kata beliau bagaimana bisa kita bertahan menyimpan harta saja sedangkan orang lain sangat membutuhkan. Ketika kita hanya menjadi penonton saja dalam sebuah kisah pilu anak Adam, maka patut kita pertanyakan diri kita sendiri tentang sisi kemanusiaan kita.” Saya hanya termangu. 

“…dan saya juga tidak mau menganggap diri saya sendiri miskin dan tak punya apa-apa, walaupun memang saya bukan orang kaya, tapi Allah telah mencukupkan rejeki saya. Bagaimana Allah nanti tidak murka dengan kita, jika setiap kali kita dicukupkan rejeki olehNya kita selalu mengatakan 'aku ini orang yang tidak punya, miskin,' dan selalu beralasan 'tidak cukup untuk esok lusa jika aku mensedekahkan harta yang tersisa hari ini,' ini berarti kita tidak pernah berterima kasih kepada Yang Memberi rejeki. Maka jangan pernah merasa diri kita tidak punya apa-apa, karena sesungguhnya Allah telah mengalirkan banyak rejeki kepada kita, hanya saja kita selalu merasa kurang karena kita tak pernah mencoba untuk bersyukur…”

Ada energi luar biasa yang dipancarkan oleh ibu itu. Saya masih ingat bagaimana sederhananya rumah kontrakan yang didiaminya. Sebuah ruang tamu sempit dengan karpet usang yang sekaligus berfungsi sebagai ruang kerja laundry, sebuah kamar tidur, sepetak kamar mandi dan sepetak kecil lagi ruang dapur yang hanya dipisahkan tirai dengan ruang tamu. Rumah yang sangat sederhana, tapi penghuninya tak sesederhana seperti yang saya duga. Untuk kebutuhan sehari-hari, sang suami membuka jasa laundry di rumahnya yang relatif sepi dan sering dihutang (maklum, di desa), dan untuk menambah penghasilan, si ibu berprofesi sebagai tukang pijat, penghasilan mereka otomatis tak menentu. Si ibu dan suaminya juga membuka TPQ gratis bagi anak-anak sekitar rumah mereka. Bahkan si ibu juga tak takut mengeluarkan banyak biaya agar anak-anak mau mengaji. Dengan menghidupi dua anak yang sudah bersekolah,mereka tak pernah takut bahwa esok hari tak akan ada  rejeki jika mereka sedekahkan hari ini. Bukankah rejeki itu akan datang dari arah yang tidak disangka-sangka? Dan itulah ilmu yang mereka pakai.

Siang itu saya pun pulang dengan rasa berbeda dengan ketika berangkat. Memang duduk di kantor sepertinya lebih menyenangkan, tapi jauh-jauh saya mendatangi desa tandus ini, sepertinya ini jauh lebih baik. Selamat menjemput rejeki, selamat berbagi.


Oleh : Asroningrum Barodin, 
CRM PKPU Semarang

Kaleng Rombeng Rahasia



Jauh sebelum saya beranjak dewasa, jauh sebelum saya kenal dengan ustadz yusuf mansyur dan matematika sedekahnya, saya sudah lebih dulu akrab dengan kaleng rombeng ibu saya. Sebuah kaleng biskuit zaman dulu banget, yang disembunyikan ibu di antara bumbu dapur yang baunya menusuk hidung. Saya sering melihat ibu memasukkan sesuatu ke dalamnya kemudian menutupnya dan menyembunyikannya kembali. Saya penasaran, apa sih isinya?
 Diam-diam saat jam tidur siang, saya masih kelas 3 SD saat itu. Saya berjingkat ke dapur dan mencari kaleng rombeng ibu saya. Saya melongok rak bumbu dapur memasukkan jari-jari mungil saya mencari kaleng bulet yang gambarnya saja sudah kusam. Ketemu. Susah payah saya buka, ternyata isinya uang recehan Rp.50,- banyak sekali. Hampir penuh. Pantas berat sekali. Saya heran buat apa ibu mengumpulkan uang seperti ini?
Sampai akhirnya pertengahan lebaran tahun itu, ibu menghadiahi saya baju baru. Saya diam-diam mengintip kaleng itu lagi. Ternyata sudah kosong. Subhanallah.. sedikit demi sedikit ibu mengumpulkan receh di kaleng rombengnya untuk membelikan baju lebaran buat saya. Tentunya bukan hal yang mudah mengumpulkan sedikit demi sedikit dari kebutuhan dapur tiap harinya. Kisah indah itu kembali terbayang saat saya menatap kaleng peduli dari PKPU solo. Jika dulu ibu mengumpulkan sedikit demi sedikit untuk kebahagiaan putri ragilnya, sekarang saya juga berusaha mengumpulkannya sedikit demi sedikit untuk kebahagiaan akhirat saya. Sengaja saya meletakkannya di meja kerja, biar kalau terima ampop gaji langsung inget buat sedekah hehe. Semoga Allah memudahkan tangan ini untuk terus mengisinya hingga penuh tiap bulannya. Aamin Ya Robbal alamiin..
- PKPU-



Fathiya Rahma
Staff produksi dan announcer di Radio MHFM Solo

Senin, 23 Maret 2015

DWP JAWA TENGAH GANDENG PKPU SEMARANG ADAKAN BAKTI SOSIAL KESEHATAN

Semarang (23/3/2015) Dalam rangka kegiatan sosial dan bentuk kepedulian untuk menyehatkan balita serta ibu hamil, Dharma Wanita Persatuan (DWP) Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Holtikultura Provinsi Jawa Tengah dan Korpri Jateng bekerja sama dengan PKPU (Pos Keadilan Peduli Umat) Cabang Semarang menyelenggarakan acara bakti sosial.


Bertempat di Posyandu Melati, Dusun Kawengen, Desa Kawengen Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, acara bakti sosial tersebut diselenggarakan dan dimulai pada pukul 09.00 hingga pukul 13.00 waktu setempat. Dihadiri oleh warga dan pejabat setempat, acara bakti sosial tersebut diisi dengan agenda penyerahan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) Balita, PMT pemulihan untuk balita malnutrisi, PMT Ibu hamil, penyuluhan kesehatan dan lomba mewarnai untuk anak – anak.
Dari pihak PKPU Semarang yang diwakili oleh KaBid Kemitraan, Retno Widowati menyampaikan bahwa, berterima kasih sebanyak – banyaknya atas kepercayaannya untuk bermitra kepada PKPU Semarang di dalam acara bakti sosial kesehatan ini.

Program ini merupakan salah satu program charity yang dilakukan oleh DWP bekerjasama dengan PKPU Semarang dalam rangka meningkatan gizi balita dan menjaga kesehatan ibu hamil.
“Karena Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa Tengah cukup tinggi se – nasional”, tutur Bu Upik selaku ketua DWP.

Diharapkan melalui kegiatan ini, bisa menjadi solusi untuk membentuk generasi sehat yang merupakan tanggung jawab bersama. Selain juga para kader posyandu agar lebih termotivasi.

“Semoga bisa menjadi motivasi untuk para kader posyandu. Terima kasih untuk bantuan PMTnya, karena selama ini di posyandu hanya seadanya, bubur kacang ijo dan agar – agar saja”, tutur salalh satu kader posyandu.
Warga sangat antusias mengikuti rangkaian acara tersebut, dan berterima kasih sebanyak – banyaknya kepada PKPU Semarang dan mitra atas bantuan yang diterima mereka.


“Terima kasih atas bantuannya, program ini sangat positif untuk mewujudkan generasi yang sehat dan cerdas. Tentu saja program ini harus melibatkan semua warga agar program ini tidak sia – sia”, tutur Kepala Desa Kawengen. (Abhy)

Minggu, 01 Maret 2015

PKPU Semarang Resmikan Program “Kampung Nutrisi”

Semarang (28/2/2015).  Bertempat di RW VI Dusun Genting Kelurahan Meteseh Kecamatan Tembalang, PKPU Semarang telah mengadakan acara Peresmian Program Kampung Nutrisi.  Acara dimulai pada pukul 09.00 WIB pagi dengan turut mengundang Walikota Semarang yang diwakilkan dan diresmikan oleh Ir. Bambang Haryono selaku Kepala Bappeda. Acara tersebut juga turut dihadiri oleh Kepala Puskesmas, Camat Tembalang, pejabat setempat, warga setempat dan para tamu undangan Dilanjutkan dengan simbolisasi penyerahan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) Balita dan pelantikan kader posyandu.


Selain acara peresmian program, dalam rangkaian acara tersebut juga dilaksanakan penyuluhan PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat), Posyandu dan pemberian PMT serta pengobatan gratis untuk warga sekitar yang turut diundang dalam acara peresmian program Kampung Nutrisi.
Kampung Nutrisi merupakan sebuah program gizi berbasis masyarakat yang fokus pada proses rehabilitasi malnutrisi dan pemeliharaan status gizi balita binaan. Program ini juga, akan berlangsung selama setahun atau dimulai dari Maret 2015 hingga Januari 2016 nanti. Dana program Kampung Nutrisi bersumber dari para donatur PKPU Semarang yang bersedia menyalurkan donasinya untuk program ini.
Tahap program yang sudah dilakukan hingga saat ini adalah, sosialisasi program kepada daerah sasaran, rembug warga, BLS (Base Line Survey) dan Pelatihan Kader Posyandu.
Menurut Ir. Bambang Haryono, selaku Kepala Bappeda menyatakan bahwa banyak memberikan apresiasi yang besar dan penghargaan setinggi – tingginya atas akan terlaksananya program ini.
“Dari tujuh program unggulan rencana pembangunan jangka menengah kami, program Kampung Nutrisi ini memuat tiga program dari sapta(tujuh) program itu, yaitu pendidikan-kesehatan, pemberdayaan wanita/gender dan penanggulangan kemiskinan” Tutur beliau.


Dengan diadakannya program Kampung Nutrisi ini, angka gizi kurang dan gizi buruk pada balita semakin berkurang dan masyarakat bisa Membudayakan kebersamaan dalam mengatasi masalah gizi dan kesehatan balita. (Abhy)